kejang demam

Maret 17, 2008

kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.

peningkatan suhu ->perubahan keseimbangan membran sel neuron ->difusi kalium dan natrium ->lepas muatan listrik berlebih ->meluas keseluruh sel maupun membaran sel tetangga ->kejang

KDS:
– usia 6bulan-4tahun
-kejang terjadi dalam 16jam pertama setelah mulai panas.
-kejang bersifat umum
-kejang berlangsung kurang dari 5menit
-frekuensi bangkitan kejang tak lebih dari 4kali dalam setahun
-pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukkan kelainan
-tidak didapatkan kelainan neurologik

KDK
-adanya kejang disertai demam
-kejang bersifat umum atau fokal
-lama kejang >15menit
-kejang multipel [>1x dlm 1hari]

rawat inap jika:
-kejang pertama
-kejang >20menit
-dalam 24jam terjadi >1x kejang yang tidak beruntun
-umur/kriteria KDS tidak terpenuhi

pengobatan

pemberian obat saat kejang
-diazepam i.v 0.3-0.5 mg/kgBB (dosis maksimal 20 mg) perlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit.
-bila dirumah bisa diberikan diazepam rektal 0.5-0.75 mg/kgBB atau
-diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan BB <10kg
-diazepam rektal 10 mg untuk anak dengan BB >10kg atau
-diazepam rektal 5 mg untuk anak usia <3th
-diazepam rektal 7.5 mg untuk anak usia >3th

pemberian obat saat demam
1.antipiretik
-parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari dan tidak lebih dari 5x. atau
-ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4x sehari
2.antikonvulsan
-diazepam oral 0.3 mg/kgBB setiap 8 jam atau
-diazepam rektal 0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu >38.5 C

pemberian obat rumat
-asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 dosis atau
-fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari terbagi dalam 1-2 dosis
pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang,kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan

indikasi pemberian obat rumat:
diberikan hanya jika kejang demam menunjukkan ciri sbb (salah satu):
1.kejang lama >15 menit
2.ada kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,misalnya hemiparesis, paresis todd,cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3.kejang fokal
4.pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
-kejang berulang (>1x dalam 24 jam)
-kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
-kejang demam >4x per tahun

asfiksia neonatorum

Maret 10, 2008

asfiksia neonatorum

definisi
suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

penyebab:
-faktor ibu
-faktor plasenta
-faktor janin

anamnesis:
-kesulitan proses persalinan?
-lahir tidak langsung nangis?
-air ketuban bercampur mekonium?

pemeriksaan fisik:
-bayi tidak bernafas/nafas megap2 [<30x]
-denyut jantung <100
-kulit sianosis/pucat
-tonus otot menurun

pemeriksaan penunjang
-PaO2 <50mmHg –>hipoksemia
-PaCO2 >55mmHg –>hiperkarbia
-pH <7,30 –>asidosis

terapi
=resusitasi bayi baru lahir

1.termoregulasi: hangatkan bayi
2.posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
3.isap lendir dari mulut kemudian hidung
4.keringkan bayi sambil merangsang taktil (gosok punggung, sentil ujung jari kaki)
5.reposisi kepala bayi
6.nilai bayi:usaha,warna,denyut jantung
7.jika bayi tidak bernafas,lakukan ventilasi tekanan positif(VTP) selama 30detik 40-60x/menit
8.nilai bayi
9.bila belum bernafas dan denyut jantung <60x/menit, lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30detik
10.nilai bayi
11.jika denyut jantung <60x/menit, berikan epinefrin, dan lanjutkan VTP+kompresi dada
12.jika denyut jantung >60x/menit, kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan
13.pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi

Infeksi Tali Pusat

Februari 16, 2008

INFEKSI TALI PUSAT

Pengertian: Tali pusat biasanya puput dalam satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh, tali pusat merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang dapat dengan cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang terinfeksi umumnya merah dan bengkak mengeluarkan nanah, atau berbau busuk. Jika pembengkakan terbatas pada daerah <1 cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Bila disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.

Tujuan: Mencegah jangan sampai terjadi infeksi berat dan meluas.

Kebijakan: Infeksi tali pusat merupakan kasus yang harus ditangani segera.

Prosedur : Infeksi Tali Pusat Lokal Atau Terbatas
– Bersihkan tali pusat menggunakan larutan anti septik ( misal
klorheksidin atau iodium povidon 2,5 %) dengan kain kasa yang bersih.
– Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misal gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tali pusat tidak bernanah lagi. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.

Infeksi Tali Pusat Berat Atau Meluas
– Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
– Berikan kloksasilin peroral sesuai selama 5 hari.
– Cari tanda-tanda sepsis .
– Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.

Bayi dari Ibu dengan Hepatitis B

Februari 16, 2008

Pengertian: Bayi baru lahir dari ibu yang menderita Hepatitis B

Tujuan: Mengetahui masalah yang timbul pada bayi oleh karena ibu menderita penyakit hepatitis akut atau tes serologis HbsAg positif

Kebijakan: Semua kasus bayi dengan ibu menderita hepatitis B atau tes serologis HbsAg positif merupakan kasus yang harus segera ditangani mengingat penyakit hepatitis B dapat menular kepada bayinya

Prosedur: Manajemen bayi pada ibu dengan HbsAg positif
• Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml IM segera setelah lahir (sebaiknya 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.
• Bila tersedia, berikan Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 ml) IM disuntikan pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat 48 jam setelah lahir.
• Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Unit terkait: Instalasi Maternal Perinatal

Bayi dari Ibu dengan Tuberkulosis

Februari 16, 2008

IBU DENGAN TUBERKULOSIS

Pengertian: Tuberkulosis pada neonatus biasanya berat dan angka kematiannya cukup tinggi karena sulit untuk diagnosis dan sangat mudah terjadi penyebaran ekstra pulmonar . TBC yang berat pada bayi tersebut (meningitis, milier).
Penemuan dan pengobatan ibu hamil dengan tuberkulosis secara dini adalah cara yang paling efisien untuk mencegah tuberkulosis pada neonatus. Tuberkulosis pada neonatus bisa kongenital (didapat in utero) atau neonatal (didapat segera setelah lahir) dari ibu, penolong persalinan, pengasuh.Tuberkulosis kongenital bisa terjadi melalui plasenta, inhalasi,ingesti(menelan) cairan amnion yang terinfeksi . Tuberkulosis neonatal terjadi melalui menghirup droplet yang terinfeksi, menelan droplet yang terinfeksi, menelan susu yang terinfeksi dan kontaminasi dari kulit atau selaput lendir yang terluka .Gejala-gejala yang sering terdapat pada TB kongenital adalah hepatosplenomegali, distres nafas, panas, limfadenopati, distensi abdomen, letargi.

Tujuan : Mencegah kejadian tuberkulosis pada neonatus.

Kebijakan : Tuberkulosis merupakan kasus cukup berat yang harus ditangani segera

Prosedur : *Bila ibu menderita tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 1 bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosis TBC setelah melahirkan:
– jangan diberi vaksin BCG saat setelah lahir.
– Beri profilaksis Isoniazid 5 mg/kg sekali sehari secara oral
– Pada umur 8 minggu lakukan evaluasi kembali, cacat berat badan dan lakukan pemeriksaan tes mantoux dan radiologi bila memungkinkan.

• tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu setelah pengobatan selesai. Bila vaksin BCG sudah terlanjur diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu setelah pengobatan selesai.
• Yakinkan ibu agar ASI tetap diberikan.
• Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat bayi .

Trauma Lahir

Februari 12, 2008

PENANGANAN TRAUMA LAHIR

Pengertian: Trauma lahir merupakan trauma yang terjadi selama proses persalinan. Insidensnya adalah 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Bayi akan mengalami salah satu keadaan berikut :
a. Gerakan abnormal atau posisi asimetris dari lengan atau tungkai
b. Bengkak pada daerah tulang yang terkena
c. Menangis apabila lengan, kaki atau bahu digerakkan
d. Tidak dapat menutup mata, atau mengerutkan dahi pada sisi yang terkena trauma, atau kesulitan menelan.

Tujuan: mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat trauma lahir.

Kebijakan: semua kasus dengan trauma lahir dapat ditangani oleh petugas yang terampil.

Prosedur: Penanganan neonatus dengan trauma lahir berupa :
1. Palsi Lengan :
– Hati-hati waktu memegang bayi, agar tidak terjadi trauma yang lebih parah.
– Dalam waktu minggu pertama, balut lengan dengan posisi seperti pada bayi dengan fraktur humerus untuk mengurangi nyeri.
– Bila ibu dapat merawat bayinya, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
– Minta ibu membawa bayinya pada waktu umur satu minggu untuk : melihat apakah keadaan bayi membaik, minta ibu melakukan latihan pasif bila gerakan lengan belum normal.
– Lakukan tindak lanjut tiap bulan, dan jelaskan pada ibu bahwa sebagian besar palsi lengan dapat sembuh setelah umur 6-9 bulan. Apabila setelah umur satu tahun gerakan lengan masih terbatas, kemungkinan kelainan tersebut akan berlangsung lebih lama.

2. Palsi Wajah :
– Beri salep mata paling tidak 4 kali sehari sampai bayi dapat menutup matanya.
– Bila bayi mengalami kesulitan minum :
a. bantu ibu menemukan cara untuk membantu bayi dapat melekat dengan baik
b. bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum.
– Bila bayi dapat minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
– Sebagian besar kasus dapat sembuh spontan dalam 2 minggu.

3. Fraktur :
– Tegakkan diagnosis dengan pemeriksaan radiologis.
– Hati-hati pada waktu mengangkat dan mengubah posisi bayi, ajari juga ibu cara melakukan hal itu. Hindari sebanyak mungkin menggerakkan ekstremitas yang mengalami patah tulang.
– Imobilisasi lengan untuk mengurangi sakit.
– Terangkan ibu bahwa fraktur dapat sembuh spontan, biasanya tanpa gejala sisa.
– Bila tidak ada masalah lain, bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit.
– Lakukan tindak lanjut pada umur satu bulan untuk melihat penyembuhannnya.

a. Fraktur humerus
– Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang terkena dan dada dari ketiak sampai siku.
– Balut lengan atas sampai dada dengan kasa pembalut
– Fleksikan siku 90 derajat dan balut dengan kasa pembalut lain, balut lengan atas menyilang dinding perut. Yakinkan bahwa tali pusat tidak tertutup kasa pembalut.

b. Fraktur klavikula
– Lakukan penanganan seperti fraktur humerus
– Bila tidak ada keluhan, meskipun ditemukan fraktur Greenstick, pada neonatus tidak perlu difiksasi.
– Periode penyembuhan berkisar 3 minggu
– Bila terdapat paralisis nervus brakialis, lakukan manajemen palsi.

c. Fraktur femur
– Letakkan bayi terlentang dan letakkan bantalan bidai di bawah pinggang sampai dengan lutut bayi pada tungkai yang terkena.
– Balut bidai ke tubuh bayi dengan pembalut elastis pada pinggangnya dan dari paha sampai di bawah lutut pada kaki yang terkena.
– Tali pusat jangan sampai tertutup pembalut.

Memulangkan dari Rumah Sakit dan Tindak Lanjut

Februari 12, 2008

MEMULANGKAN DARI RUMAH SAKIT DAN TINDAK LANJUT

Pengertian: Bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit bila kondisi bayi sudah stabil, yaitu dapat bernapas tanpa kesulitan, suhu tubuh bayi stabil, dapat menyusu dengan baik, berat bayi bertambah, dan ibu yakin mampu merawat bayinya.

Tujuan: memahami kondisi kapan bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit dan memberi pengarahan untuk tindak lanjut berikut.

Kebijakan: semua petugas paham kapan kondisi bayi yang sudah dapat dipulangkan dari rumah sakit.

Prosedur:Memulangkan dari rumah sakit harus :
– Ada kebijakan tertulis untuk memulangkan dari rumah sakit, beri penjelasan pada ibu dan beri jawaban bila ada pertanyaan.
– Lakukan pemeriksaan pada bayi dan pastikan bahwa bayi memenuhi persyaratan untuk pulang.
– Pastikan bahwa bayi sudah mendapat imunisasi yang diperlukan.
– Beri obat atau resep yang diperlukan dalam jumlah cukup untuk perawatan selama di rumah. Beri tambahan zat besi/suplemen folat.
– Beri nasehat dan konseling pada ibu tentang perawatan selam di rumah.
– Lengkapi surat keterangan pulang bayi dengan catatan medis, petunjuk pengobatan yang harus dilanjutkan di rumah dan rencana kunjungan tindak lanjut.

Kunjungan Tindak Lanjut ;
– Pada saat memulangkan bayi, pastikan bayi yang sakit berat, sangat kecil, atau yang diberi minum dengan salah satu alternatif pemberian minum melakukan kunjungan tindak lanjut setelah pulang dari rumah sakit.
– Lakukan penilaian pada bayi untuk masalah khusus yang memerlukan tindak lanjut dan pastikan masalahnya selesai.
– Hal-hal berikut ini juga sebaiknya dilakukan : nilai keadaan umum bayi, timbang bayi dan nilai pertumbuhannya, nilai cara ibu menyusui, ulangi lagi edukasi kepada orangtua tentang perawatan bayi baru lahir dan tanda bahaya, beri imunisasi jika dianggap perlu.

Unit terkait: Instalasi maternal Perinatal

Imunisasi

Februari 12, 2008

IMUNISASI

Pengertian: Memberikan kepada bayi kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi

Tujuan : memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit yang dapat diimunisasi

Kebijakan : Semua bayi yang baru dilahirkan wajib dilakukan imunisasi sebelum bayi tersebut pulang

Prosedur :
• Beri vaksinasi bayi terhadap TBC, poliomielitis dan hepatitis B
• Beri imunisasi bayi sesuai pedoman berikut, tanpa memandang apakah bayi:
– Kecil (berat lahir kurang 2500 gram atau umur kehamilan kurang 37 minggu), berikan imunisasi pada usia seperti biasa (gunakan usia kronologik dan bukan usia koreksi) dan jangan mengurangi dosis vaksin
– Telah dirawat selama jangka waktu yang lama. Jika bayi masih di rumah sakit pada usia 60 hari, lengkapi satu rangkaian imunisasi (dijelaskan di bawah) dan juga berikan dtp 0,5 mL IM pada paha bagian atas, pada saat bayi dipulangkan dari rumah sakit
– Mempunyai kondisi neurologik yang stabil secara klinik (misal trauma otak)
– Dilahirkan dari ibu HIV positif
– Mendapat terapi antibiotika
– Mengalami ikterus.
• Pastikan memakai semprit dan jarum yang baru dan steril untuk imunisasi bagi setiap bayi.

Tuberkulosis (Vaksin BCG)
• Berikan imunisasi BCG sesegera mungkin setelah lahir.
• Jika bayi sakit berikan imunisasi setelah bayi sembuh dan tepat sebelum dipulangkan dari rumahsakit.
• Jika ibu bayi menderita TBC paru aktif dan telah diobati selama kurang 2 bulan sebelum kelahiran bayi atau didiagnosis TBC setelah persalinan (lihat Bayi baru lahir dengan ibu menderita TBC).
• Berikan dosis tunggal 0,05 mL intradermal pada bagian atas lengan kiri dengan menggunakan semprit khusus BCG.
• Suntikan harus menimbulkan “bleb” kecil dibawah kulit yang menyebabkan kulit mengerut seperti kulit jeruk (peau d’ orange).

Poliomeilitis (VPO)
• Berikan 4 dosis VPO
• Tanpa memandang apakah dosis pertama diberikan pada saat lahir, berikan dosis VPO pada usia 6, 10, danm 14 minggu.
• Berikan 2 tetes vaksin pada lidah

HepatitisB (VHB)
• Jika bayi sakit berikan dosis pertama segera setelah bayi sembuh
• Ibu yang menderita penyakit hepatitis akut atau tes serologis HbsAg positif lihat penanganan Bayi dengan ibu HbsAg positif
• Jika ibu diketahui HbsAg negatif dan bayi masih tetap di rumah sakit pada usia 60 hari, berikan HBV pada hari bayi dipulangkan.

Unit terkait: Instalasi Maternal Perinatal

stase neuro

Februari 4, 2008

lama koas stase neuro di fk ugm/sardjito tuh 4minggu. hari pertama, jam7pagi kita datang ke bangsal saraf, yaitu di ruang B3 lantai3 IRNA1 RS Sardjito. sekretariatnya tuh di depan nurse station. sedangkan ruang kerja staf, perpustakaan bagian neuro, dan ruang pertemuan ada di lantai dasar/basement.

minggu1 = stase bangsal
minggu2 = stase poli
minggu 3 = stase luar kota
minggu 4 = minggu ujian + melengkapi urusan administrasi

setiap selasa dan kamis kita harus ikut pertemuan ilmiah pagi jam 8. pada pertemuan ini, koas, residen dan staf ngumpul semua. ada absennya juga.

trus tiap hari sekitar jam 7pagi, ada visite dr.Ismail di unit stroke. ga ada absen siy,tapi kalo pengin dapat ilmu dari beliau, kita ikuti aja visitenya, soalnya beliau klo visite tuh sambil ngasih “wejangan” buat residen n koas.

minggu pertama, kita kerjaannya di bangsal melulu. koas minggu1 tuh wajib jaga malam. kalo memang bener-bener pengin belajar siy, bagusnya 1minggu penuh, kita jaga malam. kita amati+pelajari kasus-kasus pada pasien yang dirawat di bangsal dan di unit stroke. tapi dalam prakteknya sih, kita dibagi shift2an dengan anggota kelompok yang lain.. lagian capek lah klo tiap hari jaga malam^^.

minggu kedua, stase poli. kita pagi hingga siang, belajar dengan pasien2 yang ada di poli. klo pasien2 yang ada di bangsal, diagnosisnya penyakitnya tuh udah pada “jadi”, kalo di poli tuh lain. kita bener2 blum tau diagnosis dari pasien, kecuali kalo pasien lama/kontrol. dan tugas kita lah untuk mencari tau penyakit dari pasien, dan lalu mengobatinya.

koas minggu2 tuh ga wajib jaga. kecuali jika tidak ada koas baru(adik minggu) yang masuk.

minggu3, stase luar kota. kita nanti di suruh memilih, mo ke banyumas ato klaten. dr.Abdul Ghofir bilang siy, klo bener2 pengin belajar, maka pilih lah ke banyumas. disana nanti bakal bener2 di bimbing oleh dr.Tjipto.

klo aku siy, berhubung rumahku kebumen, so kalo aku disuruh milih antara banyumas ato klaten, aku lebih milih banyumas, coz aku bisa sekalian mampir pulang^^. en ternyata emang bener kok, dr.Tjipto menurutku teope begete deh ngajarinnya. aku ngerasa 1minggu di banyumas tuh dapet lebih banyak dibandingkan 2minggu di sardjito. di banyumas tuh aku banyak mendapat pencerahan^^.

di banyumas, disana dokter staf neuro nya cuman 1, yaitu dr.Tjipto.
kegiatan selama di banyumas adalah:
hari senen kita cuman diberi pengarahan dan tugas+jadwal untuk 1minggu ke depan. kita siapin presentasi buat hari selasa, en mbagi pasien yang harus kita follow up.

hari selasa kita presentasi materi/dasar teori suatu kasus yang kita temui di poli pada hari senen, misalnya kejang atau mulut mengo, penurunan kesadaran, dll.

hari rabu, presentasi lebih ditekankan ke kasus yang kita temui di klinik/bangsal. kita bandingkan antara kasus yang ada di pasien dengan teori dari textbook, yang kita presentasikan pada hari senin.

hari kamis pagi, jam setengah8, kita visite bersama. kita harus mempresentasikan pasien yang kita follow up kepada dr.Tjipto langsung di depan pasiendi bangsal. jadi kita harus tau pasien yang kita followup, mulai dari riwayat penyakitnya, diagnosis, pengobatan, dll. kalo sampe kita ga care dengan pasien, tuh bakal ketahuan oleh dr.Tjipto,trus kita bakal di marah2in deh di depan pasien n perawat. jangan sampe lah. malunya minta ampun loh kalo sampe kena marah di depan pasien (coz aku udah pernah nih,percaya deh^^, jangan ditiru ya)

hari jumat acaranya adalah refleksi kasus. jadi kita membuat suatu laporan tertulis secara individu. kita pelajari dan diskusikan dengan dr.Tjipto dan anggota kelompok lain, apa masalah dari suatu kasus pada pasien.

hari sabtu, kita menyelesaikan administrasi, dan lalu bisa pulang kembali ke jogja^^.

nah, minggu ke4 stase neuro ini adalah minggu ujian n menyelesaikan administrasi.